Thursday, May 19, 2016

Tidurnya Jiwa Bangsaku

Tidurnya Jiwa Bangsaku
NEWPOST - Semangat nasionalisme begitu sepatutnya melekat dalam hati dan jiwa rakyat Indonesia. Sebagaimana semangat para pahlawan Indonesia yang rela mereggang nyawa untuk tanah air tercinta.

 Namun di era modern ini, semua seolah-olah hanya cerita yang dipedengarkan dari mulut ke mulut, dan mungkin akan hilang seiring berjalanya waktu.

Seperti tanggal 20 mei 1908, hari kebangkitan nasional merupakan masa bangkitnya semangat nasionalisme, kesatuan, persatuan, dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul atau ada selama penjajahan 350 tahun oleh Negara Belanda.

Dengan generasi yang yang sekarang, sepertinya sangat sulit untuk menumbuhkan kekuatan itu seperti dulu. Hanya segelintir orang saja yang memang sangat mencintai bangsanya sendiri sekarang, namun sisanya mungkin hanya mencintai diri mereka sendiri dengan mencintai budaya asing.

Semestinya kita bisa mengetahui apa makna dibalik hari kebangkitan ini, tidak hanya sekedar hari biasa saja yang akan dilupakan jikalau hari telah berganti esok. Namun hari hari kebangkitan ini harus bisa menumbuhkan sikap nasionalisme kita sebagai pribumi Indonesia.

Namun jika kita lihat pemerintahan sekarang seakan membuka pintu kesadaran kita akan kepentingan hak mereka yang dicuri dan ditawan namun kita hanya bisa terdiam. Dari mulai krisis BBM yang di jungkat-jungkitkan. Tindak criminal atau ekonomi yang tak seimbang, semua itu mesti menjadi perenungan tak hanya pemerintah, namun kita sebagai masyarakat pun harus ikut andil dalam kesejahteraan bangsa.

Bagaimanapun cara kita menanggapinya, semestinya kita bisa mengkritisi hal tersebut terlihat apakah benar ataupun terlihat salah. Namun pandangan tersebut seakan kini telah dirancang oleh media untuk memenuhi kebutuhan kapitalisme media. Komersialisasi media pun seakan telah menjamur di Indonesia ini.

Memang, takan bisa kita bendung penguasaan media oleh pelaku politik, namun semua itu bisa kita rubah dengan semangat reformasi yang seharusnya ada sejak dulu. Pemuda yang seharusnya berjuang kini hanya seperti penonton dibalik layar yang kadang menikmati pertunjukan kebohongan pemerintah.

Tak sekedar itu, kasus korupsi yang semakin kesini kian menyengsarakan selalu menjadi perbincangan hangat disetiap waktunya. Seperti bayangan yang terlihat namun tak bisa kita genggam. Apa yang semestinya kita perbuat untuk bangsa kita ini?

Lihatlah mereka yang telah dipukuli saat demonstrasi menagih janji pemerintahnya, mereka yang rela kelaparan karena ulah kepentingan politik, mereka yang hanya bisa diam dan tak bicara didalam kesengsaran, dan mereka yang terbakar dalam suatu peristiwa yang kini tak bersisa. 

Dan kini mereka yang di atas hanya diam dan tak melakukan banyak tanggapan terhadap mereka yang selalu dibawah dan terbawahkan.Polemik tersebut tidak pernah hilang, misalnya saja Indonesia saja masih mengalami persoalan dalam ketersediaan air bersih. 

Sepanjang tahun banyak wilayah di Indonesia mengalami masalah ini. Pada musim kemarau, sumber air menjadi kering sedangka pada musim penghujan di daerah-daerah yang mengalami banjir kerap mencemari air bersih. Air bersih merupakan sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau untuk kegiatan sehari-hari.

Menurut badan dunia, UNICEF dan WHO, Indonesia masuk dalam 10 negara yang sebagian penduduknya tidak mempunyai akses ke sumber air minum. Ke-10 negara itu adalah Tiongkok (jumlah penduduk yang mengalami masalah dengan ketersediaan air bersih mencapai 108 juta), India (99 juta), Nigeria (63 juta), Ethiopia (43 juta), Indonesia (39 juta), Republik Demokratik Kongo (37 juta), Bangladesh (26 juta), Republik Tanzania (22 juta), Kenya (16 juta), dan Pakistan (16 juta).

Tanpa bermaksud menggeneralisir atau mencoba mendemoralisasi, namun kasus asusila belum lama ini seperti prostitusi anak usia belia di apartemen Kalibata City, praktik pelacuran kelas kakap oknum selebriti dan Deudeuh Alfisahrin di Tebet, serta marak prostitusi online lainnya, adalah fenomena gunung es yang terutama dipicu oleh rasa nasionalisme yang sudah luntur dan mencair.

Sehingga akhirnya terjadilah, misalnya, peristiwa penelantaran anak meski orangtua secara akademik juga ekonomi sangat mumpuni. Fenomena hunian indekos dan apartemen yang menjadi tempat prostitusi di tengah pemukiman elit nan ramai terungkap belum lama ini.

Nahasnya, bagaimana kabar pemuda saat ini?

Semua tindak kejahatan atau sejenisnya, kebanyakan dari kalangan remaja atau pemuda. Pemuda yang seharusnya bekerja, berjuang demi bangsanya kini malah santai, nongkrong, mabuk-mabukan, seks bebas, samapi memakai narkoba.

Jika pemuda sekarang telah seperti itu perwajahanya, tidak dipungkiri lagi, kita sendirilah yang telah menghilangkan jati diri bangsa. Jati diri bangsa yang dulunya dicari bersusah payah dan diperjuangkan, kini hanya sebatas di kenal saja.

Sungguh ironis hidup dibangsa sendiri, dari kalangan atasnya yang tak bisa terus diandalkan dan kalangan bawahnya pun terkadang sama saja. Lalu kita harus menjadi seperti apa?.

Mari kita menjadi seorang yang bijak dalam menilai sesuatu, krisis terhadapa apa yang terjadi, dan semangat dalam menumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap sesama. Sehingga bangsa kita sendiri jiwanya bisa kita bangunkan oleh kita bersama dalam satu jiwa raga yaitu Indonesiaku.





Share:

0 comments:

Post a Comment

Mari Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Video

Featured Post

5 Menu Sarapan Sehat Penangkal Flu

NEWPOST - Cuaca yang tak menentu biasanya menjadi faktor munculnya berbagai penyakit . Biasanya tubuh tidak bisa menyesuaikan langsung de...